Malam Minggu,Malam yang Panjang

Di malam yang sesunyi ini
aku sendiri
tiada yang menemani

akhirnya kusadari...

Seperti potongan lagu Chrisye aja, tapi hal semacam ini telah kulalui selama kurang lebih 22 tahun, dengan status jomblo sejati. Kadang terbersit niat untuk punya pacar,selalu urung terjadi karena satu dan lain hal. Alasan pertama adalah larangan dalam Islam untuk berpacaran, sebagai seorang Muslim, saya masih sadar dengan hal itu dan mencoba untuk menghindarinya.
Alasan lain adalah karena saya adalah tipe cowok non-romantis yang tidak bisa mengeluarkan "kata pamungkas" untuk meluluhkan hati para kaum hawa.
Malam minggu seperti ini, cuma berkutat antara nonton bola, ngopi di warung pak To, atau klo da teman ngajak main game online (Rice of Nation, Command and Conquer, or Age of Empire?pilih satu yang belum dibosenin) karena anak-anak kost hampir tiap minggu ganti game online yang dimainkan. Klo ga ya maen PS sama anak-anak.
Sebentar lagi tahun baru, rencana baru, kehidupan baru,benarkah? ah "saya cuma menjalami hidup ini apa adanya" itulah yang selalu muncul dalam pemikiranku, tidak ada rencana, seperti pepatah orang Yunani, biarkan semua mengalir seperti air...
Bulan depan UAS di depan mata, tak ada persiapan khusus, semester ini dengan 20 SKS, 6 mata kuliah, 4 hari kuliah dalam seminggu, yang seharusnya lebih enteng daripada semester lalu yang 24 SKS,tapi tidak! malah semester ini saya jarang masuk kampus, tiap hari dikostan internet atau main game. Semapt menargetkan IP 3,1 kemarin, cuma harapan itu akan sirna, berhubung titik jenuh ini telah mencapai kulminasinya.
Tidak sadar sudah 3,5 tahun saya kuliah, dengan 2 kampus yang berbeda, tapi terasa belum ada yang saya dapatkan, selain jumlah SKS yang "baru" 84, terasa diri in makin jauh dengan angkatanku 2005, mereka telah selesai PKL, sedangkan diriku masih berkutat mengulang mata kuliah yang kebetulan kecantol lagi dan lagi.
Memikirkan urusan kuliah memang tak ada habis-habisnya, seperti gelembung besar yang menyelimuti otak kecilku ini. Tanggung jawab sebagai anak pertama kadang memaksa diri ini untuk berpacu, namun itu tadi, rasa jenuh, sedangkan adikku tahun depan sudah KKN, sayapun curiga duluan dia yang jadi sarjana, tapi emang kadang saya berpikir positif klo cewek kan biasanya tekun dan rajin, apalagi dia bukan kuliah di teknik yang mbuletnya minta ampun dari Tugas Besar sampai Praktikumnya yang menyerap energi habis-habisan.
Selain itu,sudah "gersang" ga ada yang bisa dikecengin lagi, 99,99% adalah "batangan". Coba aja jalan-jalan ke kantinnya, penuh dengan para pejantan tangguh, pemandangan berbeda nan kontras jika ke fakultas ekonomi atau fisip seperti arek-arek komunikasi, ilmu pemerintahan, akuntansi, dll, wuih...bagaikan oase di padang pasir kering kerontang nan tandus.hahaha...
Makanya klo pas ada jam kosong paling enak memang hotspot di kantin mereka itu, seakan menyirami jiwa yang gersang,hahaha. Setidaknya sebagai "penikmat" dari pemandangan-pemandangan ajib. Walaupun kadang sok alim rada memprotes "masa kampus Muhammadiyah, pakaiannya ketat-ketat!" tapi dari lubuk hati yang paling dalam menikmatinya, mau gimana lagi seperti makanan di atas meja, telah tersaji, mubazir klo tidak "disantap".
Isu ayam kampus yang merebak dikalangan mahasiswa telah menjadi sesuatu yang biasalah, karena perkembangan zaman, sempat terpikir "suatu saat anakku klo ada cewek ga boleh kuliah di Malang" picik emang, tapi melihat keadaan di Malang gini yang sudah adem, ayem, sejuk, juga pergaulannya yang "wah" pasti para orang tua berpikir dua kali untuk mengkuliahkan anaknya di sini,tapi itulah resiko,perkembangan jaman.
Masa cuma karena alasan sepele seperti itu, bisa menjadi penghambat kemajuan, wong di Amrik sono aja bisa maju walaupun pergaulan anak mudanya lumayan ancur.
Sepertinya ayat "lakum di nukum wal yadin" yang kurang lebih berarti "bagimu agamamu, bagiku agamaku" tidak terbatas pada semata-mata "agama" tapi mungkin juga bisa berarti "pemahaman" bagimu pemahamanmu, bagiku pemahamanku, yang kurang lebih maksudnya, "suka-suka elo aja" yang penting ga nyenggol gua...wah tapi itu mungkin lho, saya tak punya kapasitas untuk menafsirkan ayat suci, cuma melihat perkembangan jaman sekarang, improvisasi memang diperlukan.
Ada panggilan maen WE nih, cabut ah...



0 comments:

Post a Comment