Alkisah,ada sebuah daerah di tanah air yang menyelenggarakan pemilihan kepala daerah atau lebih dikenal dengan PILKADA, dalam kampanyenya salah seorang calon kepala daerah itu menjanjikan pendidikan gratis (just a bulshit promise,maybe....hahaha). Sempat muncul iklannya di salah satu stasiun TV swasta nasional.
Melihat itu, seakan ada harapan terbetik kembali di benakku tentang betapa mulia dan indahnya ide itu. Namun seakan seperti pepatah, Lidah tak Bertulang ( yang bertulang adalah sebuah beton dengan pembebanan sekian, demi menahan lendutan,hahahaha) Kenyataannya yang saya tau, belum ada pendidikan gratis di Indonesia, beda dengan di negara lain. Padahal itu telah termaktub dalam UUD 1945, haluan negara.
Faktanya, kampus, yang kini gedungnya tampak mentereng dari luar, ternyata tak bisa menjamin lulusannya untuk mendapatkan pekerjaan. Tapi, tak bersekolah juga lebih repot lagi. Sejalan dengan lajunya inflasi ijazah terjadi pula perlombaan mengejar ijazsah yang lebih banyak dan lebih tinggi. Maka, semakin banyak kini orang yang menyandang gelar kesarjanaan di depan dan belakang namanya. Untuk mereka yang sudah mapan, pencantuman gelar kesarjanaan di depan dan di belakangnamanya sebagian besar adalah untuk gengsi belaka, sudah lumrah terutama dalam PILKADA banyak calon yang kedapatan memalsukan ijazah untuk maju dalam PILKADA. Sedangkan untuk para penganggur sarjana, pencantuman itu untuk lebih meyakinkan calon majikan. Celakanya pekerjaan tak banyak tersedia dan kesempatan mengejar ijazah lebih banyak dan lebih tinggi itu dimanfaatkan oleh orang-orang yang bermata jeli untuk membuka bisnis pendidikan. Banyak yang membuka kursus keterampilan. Tak sedikit pula yang membuka perguruan tinggi swasta. Dan, bisnis pendidikan ini ternyata sukses besar. Lihat saa, gedung-gedung sekolah mereka yang mewah!kwalitas lulusannya, nanti dulu!Namanya juga bisnis, maka yang dikejar adalah keuntungan. Setiap tahun sekolah-sekolah itu mewisuda lulusannya yang jumlahnya ratusan. Bukan karena merak memang layak lulus atau karena penyelenggara sekolah itu bermurah hati, tapi karena sekolah itu perlu siswa/ mahasiswa baru yang berarti pemasukan uang baru.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment